Oleh : Yudi E. Handoyo
Penajournalis.com. Alam atas Alam bawah menjerit
Terhempas seluruh Negeri Kesakitan.
Suara halus menerobos jiwa jiwa manusia.
Tak ada yang sadar jeritan menuju jiwa.
Hanya jiwa jiwa yang terpilih dan dipilih olehnya merasakan.
Sebutir embun, debu, angin, api, air, tanah menggeliat.
Melesat behamburan menabrak jiwa jiwa yang sesat hati.
Jiwa jiwa yang kelam mati rasa, tak merasakan jeritan.
Kerikil bebatuan keras, masih mampu merasakan.
Masih mengherankan, jiwa jiwa hidup masih mati rasa.
Sang panah melesat dari kehampaan nan jauh , menebar jutaan panah menusuk jiwa yang mati rasa.
Engkau akan merasakan begitu tajam dan cepatnya membelah jiwa dan rasa sakit menghantuinya atau rasa sakit yang tidak bisa dirasakan.
Sang Panah pengganti memunculkan roh jiwa sukma yang suci.
Sebagai penerus tanpa ada yang mengetahui, hanya engkaulah yang tahu dan segala galanya.
Tak sadarkah gelombang begitu halus, menganyun menghancurkan.
Tak sadarkah kesemuanya akan terlelap tidur, tidur selamnya tanpa ada kesaksian.
Hanya jiwa jiwa yang mati rasa, akan menemui ajalnya karena kehendaknya.
Jangan engkau anggap dengan ketawa kemenangan, lesatan kehalusan mengikis sendi sendi jiwa yang rapuh.
Seisi alam bertabrakan, satu sama lain tidak ada yang saling mengenal.
Mengenal akan melepaskan, kesemuanya tertutup kekelaman.
Hanya jiwa yang terpilih dan dipilih berdiri tegak, akan menghiasi alam semesta yang menjerit kesakitan.
Menenggelamkan jiwa yang kelam dan mati rasa sepanjang masa….
( Mariska Lubis )