Lintas DaerahLintas ProvinsiNewsPendidikan

API Talks Sukses Gelar Diskusi Online Bertema Perekonomian Pada Masa Pandemi

178
×

API Talks Sukses Gelar Diskusi Online Bertema Perekonomian Pada Masa Pandemi

Sebarkan artikel ini

Penajournalis.com-Parung, Bogor. API Talks sebuah wadah diskusi yang dibentuk oleh Akademi Pergerakan IPB 3.0 dan berada dibawah naungan Kementerian Kebijakan Nasional BEM KM IPB Kabinet Swara Cita, sukses menggelar diskusi online dengan mengangkat tema perekonomian pada masa pandemi.

Willy Azis, salah seorang panitia mengatakan, dalam giat diskusi online tersebut hadir tiga orang narasumber ahli di bidangnya, yaitu Bhima Yudhistira, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Asep Mulyana Sudrajat, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor dan Aditya Handoyo, Founder Petani Milenial.

Dia menegaskan, pertumbuhan ekonomi pada Q-2 tahun 2020 ini menunjukkan angka negatif 5,3%. Sementara kebijakan new normal yang diterapkan dalam memulihkan ekonomi dinilai gagal. Menurutnya, new normal yang diberlakukan ketika kasus positif masih tinggi merupakan kesalahan yang fatal, “Dalam kondisi tersebut masyarakat justru masih takut untuk berbelanja di pusat perbelanjaan. Seharusnya PSBB diperketat terlebih dahulu sampai angka positif dan kematian turun secara signifikan.” Ungkap Willy Azis, melalui keterangan resmi yang dikirimkan kepada media ini,
Senin (28/9/2020).

Sementara dalam paparannya, Bhima Yudhistira menyatakan bahwa recovery yang dibutuhkan untuk perekonomian saat ini adalah recovery krisis model V-shape atau U-shape. Bhima menjelaskan, V-shape artinya ekonomi berbalik dalam waktu singkat ke angka 5%,. Sementara U-shape menandakan ekonomi berbalik ke 5% secara lebih lambat, sedangkan kemungkinan yang akan terjadi pada curve recovery adalah L-shape dimana waktu untuk melakukan recovery sulit untuk terjadi. “Krisis pandemi sekarang membutuhkan ekstra effort untuk kembali ke lagi ke angka 5%,” tegasnya.

Bhima menambahkan, kedatangan virus COVID 19 secara tiba – tiba membawa tantangan besar untuk semua kalangan, terutama bagi penggiat UMKM. Menurutnya, pandemi COVID 19 yang berkelanjutan membuat sebagian besar UMKM mengalami kerugian. “Padahal faktanya UMKM menyumbang sekitar 60% dari PDB Indonesia dan menciptakan lapangan kerja untuk hampir 108 juta orang Indonesia,” ungkapnya.

Bhima menandaskan, ketika krisis ekonomi terjadi, sepaptutnya UMKM menjadi hal utama yang dipikirkan Negara. Namun kenyataannya sangat disayangkan, realitas subsidi UMKM di Indonesia masih macet dan stimulus UMKM belum berjalan efektif. Dirinya mengungkapkan, salah satu penyebab macetnya subsidi UMKM adalah karena subsidi bunga, buktinya realisasi 35 T subsidi bunga untuk UMKM hanya mencapai 7,2%. Selain itu, lanjutnya, sistem subsidi melalui bank juga dinilai kurang tepat. “Seharusnya koperasi tidak hanya dimanfaatkan dalam pendataan UMKM yang produktif tetapi juga dalam proses penyaluran subsidi.” Tandasnya.

Sementara Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Bogor, Asep Mulyana Sudrajat mengatakan, keberadaan koperasi sangat dibutuhkan dalam kondisi pandemi untuk menyalurkan bantuan kepada para UMKM. Tetapi saat ini, ucapnya, koperasi hanya menjadi pemberi data kepada pemerintah terkait UMKM yang terdampak pandemi. “Selain itu UMKM sendiri didominasi oleh sektor mikro dan ultra-mikro yang un-bankable, sehingga stimulus lewat perbankan kurang efektif. Karena bank akan sangat selektif memilih debitur dan tidak mampu membantu 98% mikro dan ultra-mikro,” paparnya.

Dia memgungkapkan, pemerintah di berbagai daerah saat ini telah mengupayakan berbagai hal untuk mendukung UMKM di tengah pandemi. Seperti Pemkab Bogor, sambungnya, telah melakukan pemasaran melalui media online, mempersiapkan tempat pemasaran produk UMKM pada tempat perbelanjaan, serta melaksanakan bazar di halaman Kantor Dinas Koperasi dan UKM. “Bazar tersebut dilaksanakan 7 Minggu setiap hari Senin, Selasa dan Rabu, dengan tema “Ekspresi pelaku UMKM ditengah pandemi”, ungkapnya.

Masih kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM, bazar yang diikuti 20 – 30 pelaku UMKM per-event tersebut, telah berhasil menumbuhkan pendapatan UMKM dengan rata-rata di atas 30 juta rupiah. Dalam kondisi saat ini, sambung Asep Mulyana, masyarakat umum juga harus terus memberikan dukungan guna tumbuhnya perekonomian. “Salah satunya dengan membeli berbagai produk produk UMKM, seperti slogan yang sering saya sampaikan yaitu bela dan beli produk UMKM untuk pemulihan ekonomi nasional, khususnya ekonomi di Kabupaten Bogor.”
tukas Asep Mulyana.

Aditya Handoyo sebagai pelaku UMKM memaparkan, realitas saat ini, sektor pertanian tidak terlalu terdampak oleh pandemi. Hal inilah yang membuat dirinya beralih usaha ke dalam sektor pertanian sebagai mata pencaharian potensial. Aditya menuturkan, pada awalnya memang mengalami penurunan pendapatan karena kekurangan bibit. Tapi ia mencoba melakukan ekspansi ke beberapa daerah dan mencoba berinteraksi dengan datang langsung kepada para petani bibit. “Saya juga melakukan ekspansi dengan mencari beberapa ladang kosong secara langsung agar bisa seusai untuk penanaman komoditas yang saya butuhkan,” bebernya.

Menurut Aditya, ada 6 strategi yang digunakan dalam menyelamatkan bisnisnya kala pandemi. Yaitu, kolaborasi, terintegrasi, added value, diversifikasi, sinergi dan RnD. Sebagai pelaku UMKM muda, Aditya berpesan kepada generasi Milenial untuk terus berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin. “Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi? Generasi muda tidak hanya pemilik masa depan, tetapi kenyataan sekarang juga harus kita hadapi.” pungkasnya.

~ API Talks wadah diskusi mahasiswa IPB, sukses menggelar diskusi online bertajuk Perekonomian Pada Masa Pandemi.

Reporter/Wartawan : Boim / Fahri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *