
Penajournalis.com – Pandemi Covid-19 mengubah banyak cara kita menjalani kehidupan, tidak terkecuali cara anak-anak belajar dan bahkan melakukan acara ceremonial kelulusan. Tidak ada lagi tatap muka dan berkumpul ceria bersama, sebagian melakukannya dengan wisuda online, atau sekedar memberikan pengumuman lewat media sosial. Tentunya ada suka duka yang dirasakan baik oleh para guru, orang tua murid, dan terlebih para siswa.

Senin, 15 Juni 2020, SDN 196 Sukarasa Bandung mengadakan wisuda online dengan susunan acara yang tidak berbeda dengan acara wisuda tahun-tahun sebelumnya. Meskipun tidak dihadiri oleh para siswa Dan orang tua murid seperti biasa, namun acara yang dilakukan via Google Meet, Instagram, Dan YouTube ini cukup khidmat dan mengharukan. Ada kegembiraan karena semua siswa Kelas 6 lulus, namun ada kesedihan karena bisa bertatap muka langsung.

Sejak wabah Covid-19 ini menyebar, sekolah-sekolah memang kosong. Siswa semua belajar dari rumah, dan guru mengajar dan memberikan materi juga dari media sosial. “Seringkali terdapat masalah karena tidak semua orang tua mengikuti perkembangan teknologi, belum lagi juga kendala teknis, seperti kehabisan kuota dan gadget yang tidak mampu mengakomodir kebutuhan belajar mengajar. Masalah yang biasanya bisa diselesaikan dengan tatap muka langsung antara guru, siswa, dan orang tua murid, jadi lebih rumit diselesaikannya. Berbeda antara tatap muka langsung dan bicara lewat gadget,” kata Bu Shilvy, salah satu guru pengajar di SDN 196 Sukarasa Bandung.
“Tadinya kami juga mau adakan drive through wisuda. Meski hanya sekelibat Dan tetap mengikuti aturan seperti menggunakan sarung tangan dan masker, namun kami tidak mendapatkan ijin. Sedih tetapi aturan tetap harus ditaati. Rindu kami berjumpa para siswa harus bisa kami tahan, demi kebaikan bersama,” tambah beliau lagi.

Orang tua yang menjadi panitia acara juga tidak kalah pusingnya mencari cara untuk tetap memberikan yang terbaik. Bingkisan untuk para siswa harus satu persatu diantar via gosend atau gojek, dan itu pun tidak termasuk ijazah kelulusan. Ijazah ditunda pembagiannya, dan masih dicari cara untuk memberikannya langsung kepada para siswa.
Tidak ada yang tahu kapan Pandemi Covid-19 ini usai, dan entah sampai kapan siswa pun harus tetap belajar di rumah. Orang tua harus pandai membantu agar anak-anak tidak merasa bosan, dan berupaya lebih keras agar tetap memenuhi kebutuhan. Biaya kuota internet siswa tidak bisa dihitung murah untuk tetap bisa mengikuti pelajaran. Anggap saja Rp. 50 rb seminggu per siswa, maka sudah Rp. 200 rb per bulan. Kalau satu anak, kalau punya anak lebih dari satu?! Belum lagi harus tersedia gadget yang memadai, yang tentunya ada harganya pula.

Wisuda online merupakan alternatif pilihan dalam kondisi saat ini. Perubahan memang terus terjadi, siap tidak siap, ke depan akan banyak lagi perubahan yang terjadi. Semoga para siswa, anak-anak yang menjadi tulang punggung Masa depan Indonesia, tetap mendapatkan haknya atas pendidikan secara penuh dan utuh.
(Mariska Lubis, SE.MIntS)















