NewsRedaksi

Mulai Turun di DKI Jakarta, Kasus Covid-19 Terus Naik di Jabar, Jateng, Jatim

153
×

Mulai Turun di DKI Jakarta, Kasus Covid-19 Terus Naik di Jabar, Jateng, Jatim

Sebarkan artikel ini

Penajournalis.com – Kamis (14/5/2020) Jumlah pasien Covid-19 yang sembuh di DKI Jakarta mencapai 136 orang, lebih banyak dibandingkan penambahan kasus baru 134 orang. Di hari yang sama, angka kematian sebanyak tiga orang.

Demikian data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dirilis pada (14/5/2020), sebagaimana dikutip dari cnbc.com.

Dengan demikian DKI Jakarta yang menjadi epicentrum penyebaran virus covid-19 di Indonesia tercatat mengalami penurunan kasus positif per hari.
Bahkan pada Jumat (15/5/2020) penambahan kasus positif harian di Jakarta semakin menyusut menjadi 86 orang, dan yang sembuh mencapai 114 orang. Total kasus covid-19 aktif atau pasien dirawat di DKI Jakarta telah turun selama dua hari, dari 4.079 orang pada Rabu (13/5/2020) menjadi 4.038 pada Jumat (15/5/2020).

Namun tren penurunan kasus di Jakarta dalam dua hari ini diiringi dengan penambahan kasus positif corona di daerah lain. Di Jawa Tengah, pada Rabu kemarin penambahan kasus positif harian sebanyak 34 orang, Kamis menjadi 43, dan Jumat (15/5/2020) bertambah 43 kasus menjadi 1.109.

Kemudian di Jawa Barat juga menunjukkan tren peningkatan kasus positif pada dua hari terakhir 16 orang, dan pada (15/5/2020) melonjak menjadi 31 orang, sehingga total kasus positif mencapai 1.596 orang.

Di Jawa Timur pada Jumat (15/5/2020) penambahan tercatat 58 orang. Sementara sejak Rabu (15/5/2020) penambahan kasus tercatat 103 orang, dan Kamis (14/5/2020) bertambah 91 orang, sehingga total kasus positif menjadi 1.921 orang.

Jawa Timur sendiri menjadi wilayah dengan kasus positif tertinggi setelah DKI Jakarta.

Adapun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setelah merebaknya tiga kluster baru corona yakni Indogrosir, kluster Jamaah Tabligh dan kuster gereja GPIB, total dari empat kluster covid-19 di DIY total kasus positif menjadi 188 orang. Itupun dari keempat kluster yang ada kasus positif covid-19 masih terus bertambah setiap harinya.

Menyikapi hal tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwono Ke X selaku Gubernur DIY akhirnya mulai memikirkan opsi PSBB khas Yogya ke depan sebagai upaya menangkal penyebaran wabah Corona.
“Kita masih campaign. Kami berharap masyarakat mau mendisiplinkan diri, yang sebetulnya kita PSBB atau tidak, kalau mereka patuh disiplin di rumah selesai masalahnya. Tapi kesulitan kita itu untuk menahan diri tidak keluar rumah kalau tidak penting. Itu sepertinya ngrekoso. Kita bisanya mencoba berdialog dengan warga untuk mematuhi protokol kesehatan itu. Ujar Sultan saat jumpa pers di Gedong Wilis, Jumat (15/5/2020).

Sultan menambahkan, sembari melihat perkembangan kluster yang ada di DIY, bila setelah ditemukan hasil reaktif perkembangan mengarah ke kasus positif, maka Sultan mengatakan PSBB bisa menjadi opsi yang dipilih.

Sementara itu ahli kebijakan publik UGM Yogyakarta Dr Agus Heruanto Hadna, menyatakan agar pemerintah DIY perlu untuk mulai mempertimbangkan PSBB yang sesuai karakter DIY.

“Karakter DIY adalah bahwa desa, RW dan RT lebih solid. Partisipasi dan kepedulian masyarakat lebih tinggi, pengetahuan masyarakat juga lebih baik. Oleh karenanya jika PSBB diterapkan maka basisnya adalah komunitas. Kata Agus Heruanto ketika dihubungi pada (14/5/2020).

Dia menyebutkan lagi, kesadaran masyarakat di Yogyakarta dengan kearifan lokalnya adalah alasan mengapa PSBB jika diterapkan di DIY akan relative berbeda dengan wilayah lain.

“Model local wisdom yang selama ini dikembangkan di setiap wilayah dengan cara masing-masing harus ditingkatkan dan dijaga. Yogyakara, saya pikir memenuhi syarat itu” tambah Hadiatna lagi.

Pakar Politik LIPI Prof Dr Siti Zuhro ketika diwawancarai oleh Penajournalis.com beberapa waktu lalu juga menyebutkan, pemerintah perlu melakukan pendekatan bebasiskan budaya/kearian lokal dengan meminta bantuan tetua adat atau komunitas di semua wilayah Indonesia. Hal itu perlu dilakukan mengingat orang Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat yang senang berkumpul dan berkomunitas.

Dengan pendekatan komunitas dan kearifan lokal, maka efektivitas pencegahan penyebaran wabah mudah-mudahan dapat terbantu (Pril Huseno).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *