
Penajournalis.com – Mimbar Dakwah
Senin 27 Sya’ban 1441 H
20 April 2020 M
Bahaya Sifat Bakhil dan Kikir Yang Diperturutkan, oleh Ustadz Aceng Anwar S.Kom.I Da’i Kamtibmas Polres Garut, Ketua MUI desa Margacinta, Dewan Penasehat Rohani Penajournalis.com
Assalamu’alaikum wr.wb
Hadirin Rahimakumullah.
Bakhil dalam bahasa arab biasa disebut dengan as syuhha yang artinya bakhil. Sedang dalam istilah adalah bakhilnya seseorang terhadap harta dan segala kebaikan yang ada pada dirinya atau pada orang lain. (Afatun ‘ala thariq bab : syuhha)
Hari ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan ummat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup cuek inilah yang menjadikan kita tidak peka terhadap sesama. Lingkungan keluarga dan masyarakat kita telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting saya menjadi kaya, kecukupan, semua kebutuhan serba ada, dan tidak memikirkan kebutuhan saudaranya yang lain.
Karena sebab itulah muncul berbagi bentuk kebahilan pada ummat islam ini. Bakhilnya seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran karena takut nikmat dunianya berkurang. Bakhilnya seorang pemimpin untuk menggunakan kepemimpinannya guna membela islam dan kebenaran. Bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya berfikir untuk kemajuan Islam. Bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan bagi orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang remeh. Orang yang bakhil tidak akan mungkin mau memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwa dan ruhnya untuk Islam.
Ma’asyiral muslimin rohimakumullah!
Islam sangat membenci sifat bakhil. Karena sifat bakhil salah satu dari karakter orang munafiq yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah siap berkorban dengan apa saja demi islam. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;
وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan dzalim, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR: Muslim).
Jama’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala
Ada beberapa akibat bakhil pada diri manusia, diantaranya ;
Pertama : Bakhil Mengakibatkan Menyeret pelakunya terjerumus kedalam berbagai perbuatan dosa.
Seseorang yang terkena penyakit bakhil akan menjauh dari berbagai perbuatan baik. Entah perbuatan baik yang kaitannya dengan Allah Ta’ala atau sesama manusia. Sebaliknya ia akan selalu mendekati perbuatan jelek dan menyibukkan diri dengannya. Nabi Muhammad SAW juga telah mewanti-wanti pada kita bahwa kebakhilan akan membawa kita pada berbagai perbuatan dosa dan kehinaan. Beliau bersabda :
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka sesungguhnya telah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan : memerintahkan kepada mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan memerintahkan kepada merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus, dan memerintahkan kepada mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya. (HR. Abu Daud)
Karena pahamnya Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu tentang akibat kebakhilan ini, ada sebuah riwayat dari Abi Hayyaj al asadi beliau berkata : suatu hari aku berthowaf di baitullah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a : Allahumma qinii syukha nafsi (ya Allah jagalah diriku dari kebakhilan) tidak menambah dari itu. Aku katakan kepadanya, kenapa ? kemudian ia berkata : sesungguhnya jika diriku terjaga dari kekikiran : tidak akan mencuri, berzina, dan perbuatan dosa lainnya. Dan ternyata seseorang tersebut adalah Andurrahman bin ‘Auf. (Dikeluarkan oleh Ibnu jarir dalam Jaami’ul bayan : 228/12/28 ).
Ma’asyiral muslimin rohimakumullah. Jama’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala
Kedua : Bakhil mendapatkan Adzab yang sangat pedih di akhirat .
Kebahilan tidak hanya mengimbas pada kehidupan seseorang di dunia dengan kegoncangan dan ketidak tenangan. Akan tetapi musibah tersebut terus menyiksa pelakunya hingga kenegeri akhirat dengan adzab yang pedih di neraka. Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. (QS.Ali Imran : 180 )
Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah Ta’ala kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka. Harta benda kekayaan akan tetap utuh dan tidak kurang bila dinafkahkan di jalan Allah bahkan akan bertambah dan diberkati. Tetapi kebakhilan itu adalah suatu hal yang buruk dan merugikan mereka sendiri, karena harta yang tidak dinafkahkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak di hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang amat berat, sebab harta benda yang dikalungkan itu akan berubah menjadi ular yang melilit mereka dengan kuat.
Ma’asyiral muslimin rohimakumullah. Jama’ah yang dimulyakan Allah Ta’ala
Ketiga : Bakhil dapat Dijauhkan dari keimanan pada Allah Ta’ala.
Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dalam jiwa seseorang. Kekikiran akan mengikis keimanan seseorang sedikit demi sedikit. Sebaliknya, orang yang gemar berinfaq, Allah akan kuatkan keimanannya karena yakin bahwa pahala akan menantinya di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :
لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا
“Sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.”
(Al-Musnad, karya Ahmad 14/202, no. 8512, dan Shahih Ibni Hiban 8/43, no. 3251. Seorang muhaqqiq mengatakan, “Hadits ini shahih lighairihi.”)
Iman seseorang yang lemah tidak akan terpanggil untuk menyambut seruan dari setiap penyeru untuk berinfaq dan shadaqah. Bahkah jika dia melihat saudaranya sedang tertimpa musibahpun tidak akan mereka keluarkan hartanya untuk meringankan beban saudaranya tersebut. Ia tidak paham bahwa harta yang ia belanjakan untuk kebaikan itulah yang sebenarnya menjadi harta dia yang akan mengikuti sampai akhirat. Dan tidaklah seseorang bakhil, kecuali bakhilnya ia pada dirinya sendiri.
Jama’ah yang dirahmati Allah Ta’ala
Itulah beberapa musibah yang akan menimpa orang-orang bakhil di dunia dan di akhirat.
Dengan mengetahui bahaya bakhil tersebut, kita berusaha untuk menjauhi kebakhilan tersebut. Menjauhi teman-teman yang bakhil dan juga lingkungan yang bakhil karena teman dekat akan sangat mempengaruhi jiwa kita untuk menjadi bakhil.
Tidak cukup hanya mengetahui bahaya bakhil, tetapi juga berusaha untuk mengobati penyakit ini agar tidak menjangkiti diri kita, keluarga dan juga masyarakat kita.
Dengan melihat berbagai kehancuran yang akan dialami oleh orang yang bakhil di dunia dan akhirat, yakin terhadap janji Allah terhadap pahala yang akan didapatkan, serta membaca kisah orang-orang yang telah menginfakkan sebagian besar harta mereka untuk perjuangan islam, insyaAllah diri kita terhindar dari sifat bakhil.
Disamping berusaha, kita juga harus berdo’a agar dijauhkan dari kebakhilan. Diantara do’a yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur. (HR. Bukhari dalam Fathul Baari: 6/35)
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita dalam melakukan kebaikan, melapangkan dada kita untuk berinfaq dan menjauhkan kita dari kebakhilan. Tidaklah seseorang dimudahkan dalam berinfaq kecuali atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang disempitkan karena kebakhilan kecuali atas kehendak-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ. (Redaksi Penajournalis.com)